Coba tebak! Bewarna kuning, lucu mengeluarkan listrik? Seorang penyihir berkacamata?
Bayangkan dan jawab sendiri, tidak perlu jawaban dan cukup ini sebagai bukti bahwa pola pikir kita sudah terindeks oleh apa yang kita dengar dan liat. Secara tidak sadar kita telah dicekokin oleh tayangan televisi. Menurut Svali, mantan trainer/programmer Illuminati, penting bagi kita untuk menyadari bahwa ketika seseorang menonton televisi, mereka memasuki alpha brain wave state, di mana mereka mudah tersugesti dan terpengaruhi dibanding keadaan normal.
Apa yang kita dengar dan lihat tentu mempengaruhi kita. Hal tersebut menciptakan perubahan kepribadian secara total, menumpulkan sensitivitas secara signifikan terhadap kekerasan, pornografi, mistik dan persepsi. Dari sinilah pola pikir diubah secara paksa.
Proses mind control (pengendalian pola pikir) sebenarnya sudah ada sebelum televisi ditemukan, dengan penyebaran kisah Israiliyyah dari Bani Israil/Yahudi. Meraka membuat riwayat-riwayat bohong yang berhubungan dengan tafsir dan hadis palsu, cerita palsu yang tidak ada asal-usulnya.
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (Q.S. Al- Maidah [6]: 82)
Untuk penjelasan tentang kisah Israiliyat sudah saya bahas di postingan sebelumnya, Kisah Israiliyat: Sebab Muncul, Bahayanya dan Sikap Kita?
Pengaruh kejadian di masa lalu (sejarah) sangat besar pengaruhnya dengan pola pikir manusia. Manusia masih saja percaya apa yang diceritakan oleh nenek moyangnya, contoh kecil seperti ketika mendengar suara gagak, pertanda seseorang akan meninggal. Sejarah babad, riwayat, hikayat, tambo, peninggalan-peninggalan, prasasti bahkan foto atau video masa lalu kini dijadikan bukti bahwa masa lalu adalah patokan; patokan ilmu, sistem, teori, karakter, dan pola pikir.
Sejarah selalu mencakup wilayah, tanggal, pemeran dan kejadian, namun kadang beberapa cakupan itu mengalami pergantian redaksi dari masa ke masa berdasarkan jejak yang hilang atau perbedaan riwayat sehingga terjadi perubahan bahkan penyelewengan.
Penyelewengan ini bisa dalam bentuk perubahan sejarah dengan sengaja, penyembunyian bahkan membuat doktrin dan teori yang menyalahi sejarah. Sebagai contoh kecil perbedaan yang belum jelas adalah sejarah Nazi dan Hilter, sejarah pembunuhan para pemimpin dunia, sejarah PKI di Indonesia, dan sejarah berbagai peperangan. Hal ini terjadi karena adanya dua kubu atau lebih pihak peperangan yang membuat sejarah berbeda pandangan dalam menyikapi dan meriwayatkan sejarah.
Dalam bentuk doktrin dan teori muncul teori Darwin, yang menyatakan bahwa manusia berasal dari kera, sehingga banyak yang semakin bingung ketika kera menciptakan Piramida Giza dan Sphinx di Mesir, Candi Borobudur di Indonesia, Teotihuacan di Amerika Latin, Puma Punku di Bolivia, Stonehenge di Inggris, Stone Sphere di Kosta Rika dan masih banyak lagi peninggalan manusia yang mereka anggap kera. Kemudian muncul teori evolusi, dinasaurus, UFO dan bumi datar yang mampu mengubah pola pikir manusia dari masa ke masa.
Tapi ada sebuah sejarah yang masih terjaga dan tidak diragukan lagi kebenarannya, yaitu Al-Quran Al-Karim. Secara garis besar sepertiga Al-Quran terdiri dari sejarah dan kisah-kisah para nabi dahulu, umat yang berhubungan dengan kejadian masa lalu , serta kisah yang terjadi di masa Rasulullah, seperti Tahun Gajah, periode Mekkah, dan periode Madinah.
Kisah sejarah dalam Al-Quran sangat menarik untuk dibahas. Bayangkan ketika Nabi Nuh As membuat kapal yang dapat mengarungi ombak setinggi gunung-gunung, Dzulqarnain yang dapat membentengi dua gunung dengan besi dan tembaga, Nabi Daud As yang dapat menguasai ilmu besi, Nabi Sulaiman As yang mempunyai singgasana besar, mukjizatnya menguasai jin, hewan dan angin.
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
"Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman." (Q.S. Huud [11]: 120)
Tujuan dari pengkisahan Al-Quran dengan kejadian di masa lalu (sejarah) adalah sebagai hikmah dan pelajaran bagi manusia. Layaknya manusia harus belajar dari masa lalu, berfikir dan menjadikannya sebagai pengingat dan ancaman.
Bentuk dari peninggalan sejarah yang diceritakan Al-Quran adalah kaum dahulu yang telah dihancurkan. Peninggalan kaum ‘Aad, yaitu penduduk kaum Iram yang meninggikan bangunan dengan reruntuhannya di kota Ubar, Yaman, peninggalan kaum Tsamud yang memahat bangunan di gunung-gunung yang sekarang berada di lembah Petra, Yordania, kaum Luth yang dijungkirbalikan di Kota Sodom yang semula di tepi Laut Mati, kaum Fir’aun, jasadnya yang sekarang dimuseumkan di Mesir, dan negeri-negeri lainnya yang dimusnahkan bahkan runtuhnya Persia atas Romawi.
Pengkisahan sejarah adalah proses pembentukan karakter dan pola pikir dalam kehidupan manusia. Ketika seorang ibu menceritakan kisah pada anaknya sebelum tidur maka dia sedang mengubah pola pikir dan menyiapkan cita-cita pada anaknya. Bagaimana ketika anak kecil diceritakan si pangeran yang menyelematkan seorang putri maka anak kecil itu bercita-cita ingin menjadi pangeran. Bagaimana ketika anak kecil diberi pemikiran dengan hewan yang paling cerdik dan cerdas. Kalian pasti tahu hewan apa itu?
Di sekolah, bagaimana ketika guru bercerita tentang pahlawan dan rakyat Indonesia yang berjuang memerdekakan bangsa, maka termotivasi berusaha mengisi waktu kemerdekaan dengan hal yang positif. Tahukah kamu penakluk Konstatinopel yang berumur 21 tahun, Muhammad II yang telah disiapkan sejak kecil dengan selalu diceritakan tentang sejarah futuh (penaklukan) dan kepahlawanan Islam.
Kisah-kisah dalam Al-Qur'an menjadi referensi utama bagi umat manusia dalam pembentukan karakter manusia yang berbudi luhur dan berakidah tauhid. Kemudian dikuatkan dengan kisah-kisah Rasulullah Saw dan para sahabatnya serta masa-masa kejayaan Islam sebagai referensi pendidikan sejarah bagi kita.
Era digital yang saat ini bagai dua mata pisau yang dapat membunuh atau menyelamatkan manusia. Sekolah, perkuliahan, masjid-masjid, media massa dan media digital menjadi ruang efektif untuk memberikan sugesti dan pola pikir yang lurus, baik dan benar tentang sejarah. Semua itu bila pihak yang bersangkutan mau saling berbenah. Saran terbaik adalah tinggalkan televisi dan media digital kemudian beralihlah ke Al-Qur’an dan As-Sunnah.